Powered By Blogger

Senin, 27 Juli 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini kebutuhan akan pangan bagi masyarakat suatu negara terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi dikarenakan bahwa jumlah penduduk suatu negara dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan yang signifikan. Malthus melukiskan suatu kecenderungan universal bahwasanya jumlah populasi di suatu negara akan meningkat secara cepat pada deret ukur atau tingkat geometric (pelipatgandaan: 1, 2, 4, 8, 16, 32, dan seterusnya) setiap 30 atau 40 tahun, kecuali jika hal itu diredam oleh bencana kelaparan. Pada waktu yang bersamaan, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, yaitu tanah, maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung atau tingkat aritmetik (1, 2, 3 , 4, 5, dan seterusnya). Bahkan, karena lahan yang dimiliki setiap anggota masyarakat semakin lama semakin sempit, maka konstribusi marjinalnya terhadap total produksi pangan akan semakin menurun.
Intinya adalah Malthus memperkirakan dimasa yang akan datang umat manusia akan kekurangan pangan akibat semakin meledaknya jumlah penduduk di dunia, namun banyak kalangan berpendapat bahwa teori Malthus ini banyak memiliki kelemahan, dan kemungkinannya sangat kecil untuk terjadi. (Todaro, 2004).
Hal ini mendorong umat manusia untuk mencari jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi masalah persoalan pangan, di antaranya adalah mencari makanan alternative, misalnya adalah menggunakan daging babi sebagai salah satu makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari.
Daging babi merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Melalui daging babi ini, maka kebutuhan akan protein dalam tubuh manusia dapat terpenuhi. Dengan harga yang murah masyarakat dapat menjangkau daging babi ini bila dibandingkan dengan daging-daging yang lain, namun karena sebagian besar penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, maka daging babi ini diharamkan oleh agama Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah diskripsi mengenai babi?
2. Di manakah persebaran peternakan babi yang ada di Indonesia?
3. Bagaimanakah interaksi babi terhadap factor-faktor geografi?
4. Proses-proses apa sajakah yang terjadi pada babi?
5. Apa potensi yang dapat diperoleh dari beternak babi?
6. Apa manfaat yang dapat diperoleh dari berternak babi?



BAB II
PEMBAHASAN
A. DISKRIPSI BABI
Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermancung panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Kadang juga dikenali sebagai khinzir (perkataan Arab). Babi adalah omnivora, yang berarti mereka mengkonsumsi baik daging maupun tumbuh-tumbuhan. Selain itu, babi adalah salah satu mamalia yang paling cerdas, dan dilaporkan lebih pintar dan mudah dipelihara dibandingkan dengan anjing dan kucing.
Ungulata artinya kurang lebih "hewan berkuku" atau "hewan berkikil" adalah beberapa kelompok mamalia yang menggunakan ujung kuku mereka untuk menahan berat badannya sewaktu bergerak. Kelompok ini terdiri dari beberapa ordo yang enam sampai delapan di antaranya masih dijumpai sampai sekarang. Perissodactyla (hewan berkuku ganjil seperti kuda, zebra, tapir, dan badak) serta Artiodactyla (hewan berkuku genap seperti babi, kuda nil, unta, dan rusa) merupakan bagian terbesar dari ungulata dan juga merupakan bagian terbesar dari mamalia besar yang hidup di darat.

B. PERSEBARAN BABI
Persebaran babi dimulai dari peternakan yang mengembangbiakkan hewan babi, kemudian diperanak-pinakan sehingga menjadi banyak sekali. Kemudian dari peternakan biasanya dijual ke pedagang-pedagang babi di pasar. Biasanya juga langsung diual ke orang lain untuk dikonsumsi. Misalnya Tionghoa, atau selain itu juga dari peternakan dari Godean, Sleman, Yogyakarta langsung didistribusikan ke Jakarta dan Bandung.


C. INTERAKSI
1. Litosfer
Pengaruh ternak babi terhadap unsur litosfer dalam ini adalah keadaan tanah disekitar peternakan babi. Menurut hasil survey kelompok kami, kondisi tanah di sekitar ternak babi tersebut telah mengalami pengrusakan berupa tanah pejal, kering, dan tandus. Konstrusi bangunan kandang babi yang sangat rapat dan luas mengakibatkan kecilnya daya resap tanah terhadap air hujan yang dihalangi oleh bangunan kandang ternak. Dengan berkurangnya serapan air kedalam tanah maka kandungan unsur hara didalam tanah akan kekringan akhirnya tanah menjadi kering dan tandus. Jumlah babi yang banyak apabila dilepaskan diluar kandang akan menginjak tanah dan membuat tanah menjadi pejal dan menambah kepadatan partikel tanah. Makanan ternak babi juga berpengaruh terhadap kualitas tanah disekitar peternakan babi. Pangan ternah babi yang berupa ampas parutan kelapa, masih memiliki kadar minyak yang lumayan tinggi dan apabila tersiram air akan menyesap ke dalam tanah dan minyak yang meresap tersebut akan merusak kualitas tanah. Selain dampak negatif diatas, ternak babi juga berdampak positif terhadap kualitas tanah disekitar ternak babi. Kotoran babi yang jatuh ke tanah akan ikut meremajakan tanah dengan kandungan unsur organik yang terdapat pada kotoran babi tersebut.
2. Atmosfer
Kondisi cuaca dan iklilm serta curah hujan secara keseluruhan di lokasi ternak babi sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan babi. Babi yang diternakan sangat rentan terhadap kondisi cuaca karena keadaan fisik babi yang tidak memililki kulit yang tebal serta bulu yang tebal, maka babi tidak akan bertahan hidup di kondisi cuaca yang sangat dingin ataupun sangat panas(cuaca ekstrim). Unsur atmosfer yang terpengaruh dampak ternak babi menurut hasil pengamatan kami adalah kualitas udara disekitar peternakan babi. Bau tidak enak yang ditimbulkan oleh babi dan juga kotoran babi itu sendiri sangat mengganggu kualitas udara disekitar ternak babi sangat mengganggu warga yang melintas di area ternak babi.
3. Biosfer
Kondisi vegetasi disekitar lokasi ternak babi yang teramati oleh kelompok kami adalah sebagian besar merupakan sawah/ladang padi serta diselingi oleh semak-semak yang tipis.Terdapatnya vegetasi ini juga membantu peternak babi dalam mendapatkan pangan tambahan atau pangan selingan untuk babi yang mudah didapat di sekitar area ternak babi. Hal ini juga dapat membantu dalam pengendalian hama dan gulma terhadap pertanian. Kotoran babi yang dibuang oleh peternak juga dapat menyuburkan tanaman kemudian tanaman tersebut digunakan sebagai pangan untuk babi.

4. Hidrosfer
Sisa racun disinfektan untuk perawatan babi yang masuk ke aliran air disekitar peternakan babi dapat membahayakan vegetasi yang tumbuh di air maupun vegetasi yang menyerap air tersebut untuk pertumbuhannya. Lokasi perternakan babi yang dekat dengan aliran parit untuk irigasi pertanian sekitar dapat pula membawa unsur-unsur hara yang terdapat pada kotoran babi yang terhanyutkan.
Pangan babi ternak yang kami teliti salah satunya adalah ampas parutan kelapa. Ampas parutan kelapa ini masih memiliki kandungan minyak didalamya yang apabila terhanyutkan dan masuk ke air akan dapat mencemari air di sekitar ternak. Minyak yang terdapat dalam air sekitar ternak babi akan membahayakan organisme-ogranisme yang hidup didalam air karena sifat minyak yang polutan apabila tercampur kedalam air.


5. Antroposfer
Unsur-unsur dalam antroposfer yang terpengaruh oleh ternak babi ini adalah : kondisi ekonomi, kesehatan manusia, pranata sosial.
Menyebarnya virus H1N1 ke Indonesia membuat banyak peternak babi yang menderita kerugian yang tidak kecil. Sebelum adanya virus H1N1 yang menjalar ke Indonesia, peternak babi yang kami datangi mengaku bahwa hasil beternak babi sangat menguntungkan dan dapat menutupi biaya perawatan, pemeliharaan, dan pakan babi. Harga per kilo daging babi yang ditawarkan sebelum menyebarnya virus flu H1N1 yang dijual oleh peternak dapat mencapai Rp. 13.000-15.000,00 per kilo daging babi. Tetapi setelah menyebarnya virus flu H1N1 dan masyarakat banyak yang kurang mengkonsumsi daging babi kemudian permintaan daging babi kepada peternak babi pun berkurang. Harga daging babi juga mengalami penurunah hingga Rp. 8.000-10.000,00 per kilonya. Peternak babi yang kami teliti nampak pasrah terhadap kondisi ini meskipun pemerintah sudah berusaha keras untuk memberikan sosialisasi yang jelas kepada masyarakat umum tentang penyebaran flu H1N1. Profesi peternak babi merupakan profesi yang lumayan menjanjikan (sebelum virus H1N1 menyebar ke Indonesia) karena penghasilan yang didapatkan dari beternak babi memang cukup tinggi. Masa kawin babi yang relatif cepat serta usia produktif babi yang cukup panjang memberikan kesempatan yang tinggi agar peternak babi dapat menmperoleh keuntungan yang lebih.
Tetapi anggapan masyarakat terhadap babi yang merupakan sumber menyebarnya virus H1N1 ini dapat juga menimbulkan keresahan bagi masyarakat yang tinggal disekitar lokasi peternakan babi. Tampilan informasi yang ditayangkan oleh media lerwat program berita yang berisikan tentang ganasnya virus flu H1N1 dalam merenggut nyawa manusia membuat masyarakat luas seakan di selubungi oleh ketakutan terhadap babi sebagai pelaku utama dalam penyebaran virus flu H1N1. Hal ini lah yang berdampak terhadap para peternak babi, omset permintaan daging babi menurun, harga anjlok, serta biaya pemeliharaan, pangan, perawatan, karyawan yang tidak tertutupi membuat para peternak babi mengeluh terhadap hasil ternak babi mereka. Hal ini memang sangat disayangkan karena terjadi dilema antara kehidupan ekonomi para peternak babi dengan kepentingan kesehatan dan kelangsungan hidup masyarakat. Peternak babi yang kami datangi berharap agar dapat secepatnya anggapan di masyarakat tentang babi dapat hilang beserta virus flu H1N1 yang sangat membahayakan nyawa manusia tersebut.
Babi juga merupakan tempat inang bagi cacing pita untuk berkembangbiak. Daging babi yang tidak dimasak secara benar memiliki kemungkinan mengandung cacing pita. Cacing pita ini apabila dikonsumsi oleh manusia akan dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu sangat penting untuk memasak daging babi dengan benar agar layak dikonsumsi dan tidak membahyakan manusia.
Indonesia merupakan negara yang berpenduduk mayoritas Islam, di dalam agama islam diharamkan untuk menyentuh aIR liur, daging, serta memakan daging babi. Lokasi ternak babi yang kami teliti terletak pada pinggiran pedesaan yang agak sepi. Hal ini merupakan pranata sosial dari peternak babi agar tidak mengganggu masyarakat sekitar yang beragama Islam.

D. PROSES
1. Pubertas
Pubertas adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali berfungsi dan menghasilkan telur atau sperma dewasa. Umur saat pubertas dicapai berlainan antara bangsa-bangsa ternak dan juga antara anak babi sekelahiran. Faktor-faktor hormonal yang bekecimpung untuk merangsang pubertas pada babi jantan dan babi betina belum banyak diketahui. Organ utama yang mengontrol munculnya pubertas adalah kelenjar pituitary yang letaknya di dasar otak. Kelenjar ini menghasilkan dua hormone, yaitu FSH dan LH yang merangsang testis dan ovarium.
FSH, LH dan Testosteron yang dihasilkan dalam testis adalah yang bertanggungjawab untuk meningkatkan perkembangan dan pemasakan sel-sel sperma pada jantan. Seekor babi jantan akan mencapai pubertas pada umur 5- 6 bulan meskipun ia tidak digunakan sampai mencapai umur 7- 8 bulan dan hanya sebagai pejantan serap. FSH mengakibatkan pertumbuhan dan pemasakan sel-sel telur yang banyak terpendam dalam ovarium. LH merangsang pelepasan telur-telur dari folikel. Umumnya pubertas muncul pada umur 6- 8 bulan, meskipun penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pubertas sering dicapai sedini 145 hari ( rata-rata 5 bulan). Seekor babi betina seharusnya dikawinkan saat berahi atau siklus berahinya yang ketiga karena pada siklus berahi yang pertama dan kedua hanya sedikit telur yang di ovulasikan. Berbagai faktor berpengaruh terhadap munculnya pubertas pada babi betina, diantaranya :
a. Faktor Genetis.
Babi betina Landrace mencapai pubertas lebih dini daripada babi betina Hampshire, Yorkshire dan Duroc yang diamati dari banyaknya yang berahi pada umur 6 bulan. Babi betina hasil persilangan juga mencapai pubertas yang lebih dini daripada babi betina murni.
b. Faktor Makanan.
Kurang makan yang ekstrim dapat menunda munculnya pubertas. Pembatasan makanan yang sedang atau moderat tidak akan menunda pubertas atau mempengaruhi fertilitas, tetapi bobot babi betina tersebut lebih rendah daripada yang diberi makan cukup.


c. Faktor Musim.
Di Negara-negara subtropik babi betina lebih lama mencapai pubertas pada musim panas dan mugkin hal ini disebabkan oleh kondisi iklim yang panas dan lembab.
d. Faktor Cahaya.
Babi betina yang dipelihara terkurung dengan kegelapan yang komplet memperpanjang umur mencapai pubertas. Babi betina yang dipilih untuk bibit seharusnya memperoleh cahaya 18 jam per hari.
e. Faktor Perkandangan.
Babi betina yang dipelihara terkurung lebih lambat mencapai pubertas dari yang dipelihara bebas. Babi betina yang dikandangkan atau ditambat individual juga menunda pubertas dan menekan tanda-tanda berahi.
f. Faktor Stres.
Stres tertentu, seperti transportasi, mencampur atau introduksi ke lingkungan yang baru dapat merangsang babi betina mengalami berahi.
g. Pengaruh Pejantan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa introduksi pejantan ke sekelompok babi betina yang sebelumnya tidak berkontak dengan pejantan, merangsang dan menyebabkan sebagian babi betina tersebut berahi pada umur 4 bulan.
2. Siklus Berahi
Setelah mencapai pubertas, biasanya babi betina menunjukkan berahi, atau estrus, setiap 18- 22 hari ( rata-rata 21 hari) kecuali siklus ini disela oleh kebuntingan atau kelainan reproduksi. Ada 4 fase yang jelas pada siklus berahi:

 Proestrus
Proestrus adalah 3-4 hari mendahului munculnya estrus. Kelenjar-kelenjar pituitary menghasilkan FSH yang menyebabkan folikel bertumbuh. Selagi folikel bertumbuh, meningkat juga produksi hormone lain, yakni estrogen. Estrogen ini menghambat produksi FSH selanjutnya dan mencegah perkembangan tambahan telur.
Estrogen juga menimbulkan sejumlah perubahan tingkah laku betina pada akhir fase proestrus. Perubahan-perubahan ini meliputi suka mengganggu pejantan, kegelisahan meningkat, menaiki betina-betina lain dan nafsu makan menurun. Selama periode ini babi betina mengeluarka suara khas merengut yang ritmik. Perubahan struktur yang disebabkan oleh level estrogen yang tinggi mencakup vulva yang membengkak dan memerah disertai penebalan dinding uterus.
 Estrus
Estrus berlangsung selama 2-3 hari dan pada periode tersebut betina memiliki seksual reseptif terhadap jantan. Periode ini biasanya lebih pendek pada babi betina dibandingkan babi induk.
Tanda-tanda birahi yang diperlihatkan sekitar 12 jam setelah berahi mulai, betina memperlihatkan suatu sikap khas mau kawin, yaitu hanya dengan suatu tekanan ringan saja dilakukan pada punggungnya. Semua kaki kaku, punggung sedikit melengkung, telinga tegang mengarah kepala dan bai betina tersebut sangat susar digerakkan. Sikap respons tak mau bergerak ini disebut juga “ Lordosis Effect” berlangsung sekitar 3 hari sangat berarti benar bagi pemelihara untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengawinkan atau melekukan inseminasi buatan.
Fase berikut dari estrus adalah pembengkakan vulva yang memerah mulai berkurang dan lender keruh yang mengental muncul. Keaadaan ini berubah menjadi pucat, lendir menggantung pada akhir fase estrus dan besar vulva berkurang dan kembali ke warnanya yang normal.
 Metestrus
Pada saat ini, betina tidak akan berespons lagi terhadap birahi dan ia kembali ke tingkah lakunya yang normal. Saat frase ini perkembangan kelenjar susu sangat produktif.
 Diestrus
Diestrus ini adalah waktu inaktivitas yang pendek yang ditandai oleh penghancuran corpus luteum setelah 14 hari dari puncak berahi. Dalam 3-4 hari serombongan folikel baru mulai berkembang dan siklus tadi akan terulang sendiri.
3. Kopulasi
Betina yang berahi biasanya bersifat pencari pejantan. Bila mereka bertemu, tingkah laku kawin dan bercumbu, terlihat perilaku adalah:
1) Kontak cungur ke cungur.
2) Pejantan mencium alat kelamin betina (vulva).
3) Betina mencium alat kelamin jantan (penis).
4) Kontak kepala ke kepala, lagu bercanda, pejantan menggerut dan mulut berbuih dan kencing secara ritmk.
5) Pejantan berusaha menaiki betina tetapi betina menolak.
6) Pejantan berusaha meraih betina, mencungur legok dan bawah perut disrtai lagu bercanda.
7) Betina memperlihatkan respons tak bergerak (immobilitas).
8) Pejantan naik dan berkopulasi, perkawinan berlangsung 10 – 20 menit.

Peranan pejantan merangsang sikap mau kawin dari betina sangat penting. Sekitar 50% betina berahi biasanya akan berespons terhadap “uji naik” oleh pemelihara. Respons ini meningkat melampaui 90% bila pejantan hadir, atau bau pejantan tercium ataupun kehadiran pejantan terdengar oleh betina berahi. Ludah pejantan mengandung senyawa berbau yang merangsang betina berahi untuk menunjukkan sikap sedia kawin.
Ejakulat betina biasanya didepositkan melalui corong serviks uterus yang sedang relax. Pada saat perkawinan kelenjar pituitary betina mengeluarkan hormone oksitoksin yang menimbulkan kontraksi ritmik uterus. Kontraksi ini membantu transportasi sel-sel sperma ke tuba fallopi untuk menunggu pengeluaran ovum dari folikel yang masak.
4. Kebuntingan
Meskipun perkembangan sejak pembuahan hingga kelahiran merupakan suatu proses berkesinambung, kebuntingan dianggap terdiri dari 3 fase, yaitu:
a. Preimplantasi.
Selama dua minggu pertama kebuntingan, telur yang bertunas bergerak dan telur bertunas bebas letaknya sampai hari ke 12. dari hari ke-12 hingga hari ke-18 telur tertunas menempatkan diri dan menetapkan posisi akhirnya di uterus (implantasi). Bila seekor saja anak yang lahir, hal itu dimungkinkan karena telur tertunas yang hidup lainnya ada dalam waktu yang kritis (hari-hari ke-12 hingga 18) namun selanjutnya mereka lenyap. Kematian embrio babio termasuk tinggi, dan kebanyakan kematian terjadi selama fase preimplantasi. Sebab-sebab kematian yang tinggi ini belum jelas.
b. Embrio.
Periode embrio berlangsung selama minggu-minggu ke-3, 4 dan 5 kebuntingan dan ditandai oleh awal pembentukan organ-organ dan bagian-bagian tubuh. Dalam periode ini selaput pembungkus embrio (ari-ari, tembuni, plasenta) terbentuk dan berfungsi melindungi dan memberi amakan embrio. Zat makanan dan oksigen diteransfer melalui selaput tersebut ke embrio dan materi sisa disalurkan keluar. Kebanyakan abnormalitas congenital utama seperti rahang supping dan atresia ani (tidak ada dubur) diakibatkan oleh gangguan pertumbuhan dalam periode ini. Jika semua anak mati setelah sekitar hari ke-18 induk nampaknya tidak pusing akan hal ini dan berlagak seperti bunting, kembalinya berahi pada induk seperti ini akan terlambat beberapa minggu, malahan beberapa bulan.
c. Fetus.
Periode fetus berlangsung dari hari ke-36 hingga anak lahir sekitar hari ke-114. Jenis kelamin setiap fetus semakin dapat dibedakan dan tulang tempat otot bertaut mulai terbentuk. Sekitar hari ke-60 fetus mengembangkan sistem imunitasnya sendiri terhadap infeksi yang ringan. Berlainan dengan embrio yang mati, fetus yang mati jarang diserap oleh tubuh, malahan dari fetus yang mati akan bermumifikasi dan sewaktu keluar waktu lahir warnanya hitam kelabu atau kulitnya hitam dan mata terbenam dalam.
6. Kelahiran
Induk sebaiknya ditempatkan ke kandang melahirkan 3 – 7 hari menjelang melahirkan, dalam kandang harus bersih, tenang dan Tanda induk mau melahirkan Gelisah, membuat sarang bila ada medianya, organ reproduksi dan kelenjar mamae membesar dan susu akan keluar bila ditekan saat 12 – 48 jam menjelang kelahiran. Laju pernapasan meningkat menjelang 12 jam kelahiran kelahiran paling sering menjelang malam hari. Induk merebahkan diri pada satu sisi saat melahirkan kelahiran dengan pola berurutan (satu-satu) selama kurang lebih 1 – 5 jam, anak yang lahir biasanya 70% kaki depan dulu keluar, anak babi dengan kaki belakang duluan paling banyak resiko mati sewaktu lahir, bila periode kelahiran cukup lama perlu dilakukan perogohan kedalam alat reproduksi induk, mungkin ada yang sungsang.
Perlakuan anak setelah lahir adalah dibersihkan hidungnya dan badannya dari cairan rahim, dan dibantu diberikan susu pertama (colostrum), berikan penghangat pada kandang anak yang baru lahir. Maka dengan itu selama proses kelahiran harus senantiasa diawasi oleh anak kandang. Induk yang terlampau tua, gemuk dan gelisah selalu lebih banyak mengalami problem saat melahirkan oleh sebab itu induk sebaiknya melahirkan sebanyak 8 – 10 kali setelah itu diafkir.
Pemotongan ari-ari dipotong dengan cara mengikat dulu pada bagian dekat perut kemudian di gunting lalu diberikan antibiotik (betadin/yodium). Induk akan birahi kembali 3 – 5 hari setelah anaknya disapih/dipisahkan oleh sebab itu induk dapat dikawinkan kembali untuk memperbanyak jumlah anak yang lahir pertahun. Lama penyapihan biasanya 2 bulan akan tetapi dapat dipersingkat menjadi 3 minggu dengan perlakuan tertentu.
6. Anak Babi Setelah Lahir
Anak babi saat lahir sangat lemah, tidak berbulu (tidak tahan dingin) perlu suhu kandang harus 35 oC, cadangan energi yang ada dalam tubuh anak babi cukup hanya 7 – 8 jam oleh sebab itu susu induk sangat diperlukan setelah lahir, oleh sebab itu perlu ada jerami pada lantai anak dan diberi penghangat (lampu minyak atau listrik).
Defisiensi Besi (Fe) atau anemia cepat muncul pada anak babi yang baru lahir yang dipelihara terkurung. Hal ini disebabkan oleh persediaan Fe dalam tubuh babi cukup rendah, Fe dalam susu cukup rendah, kontak babi dengan tanah sumber Fe dibatasi dan laju pertumbuhan babi yang cepat. Ciri anak babi yang kekurangan Fe ini terlihat pucat, lemah, bulu berdiri dan bernafas cepat oleh sebab itu 48 – 72 jam zat besi harus diberikan antara lain dengan cara : disuntik dengan obat, disediakan tanah supaya anak babi bisa menjilat-jilat larutan fe digosokkan pada susu induk yang umum adalah dengan menyuntikkan iron dextran kedalam otot leher atau paha.
Perebutan puting susu sangat hebat saat babi baru lahir biasanya babi berebut pada babi pada bagian depan karena susu yang paling banyak diproduksi. Oleh sebab itu anak yang lemah atau kecil mendapat susu yang paling sedikit maka anak tersebut menjadi lebih kecil maka dengan itu perlu diberikan susu atau makanan tambahan bagi anak selama menyusui.
Pentirian anak babi bisa dilakuakan bila lama anak babi terlampau banyak dibanding dengan jumlah puting atau induk babi bati saat melahirkan, akan tetapi pentirian bisa dilakukan bila umur jarak antar melahirkan dengan induk lain kurang dari 2 hari, sebelum dilakukan pentirian sebaiknya diberikan bau-bauan yang sama (dengan kotoran, oli, cairan rahim atau bau yang kuat) agar induk yang menerima tidak mencium bau yang berbeda kemudian akan menolak anak tersebut.
Pemotongan gigi taring anak babi harus dilakukan segera setelah lahir untuk menjaga agar tidak melukai ambing (susu induk), dengan menggunakan tang pemotongan ini harus hati-hati agar tidak kena gusi/lidah, pemotongan ekor dapat dilakukan bila diperlukan untuk kebersihan dan menghindari perkelahian.
Kastrasi/kebiri sebaiknya dilakukan pada anak babi jantan sebelum berumur 10 hari kecuali pada anak yang akan dicalonkan pejantan, pisau digunakan untuk memotong skrotum, dan tangan harus steril atau didesinfektan.
7. Pemotongan Babi
Babi akan disembelih tidak berdasarkan umur, melainkan tergantung berat badan babi yang mencapai berat antara 70kg – 100kg. Untuk mencapai berat babi agar dapat dipotong tergantung dari makanannya. Biasanya babi – babi akan diberi makan sisa pembuatan tahu tempa (ampas tahu) dan sisa padi (dedak).
Untuk setiap pembelian babi, pembei akan mendatangi langsung ke peternakan tanpa mulalui perantara. Hal ini dimaksudkan agar harga lebih murah dan dapat melihat langsung kondisi babui sebelum disembelih. Daerah pasaran daging babi tebesar di daerah Jakarta, Bandung dan daerah luar jawa lainnya. Proses terahir dari pembelian babi adalah dengan menimbang babi apakah sudah memenuhi syarat disembelih atau belum. Setelah ditimbang, babi akan dimasukkan keranjang untuk dibawa ketempat penyembelehan, untuk di sembelih dan dipotong – potong sesuai dengan kebutuhan.
E. POTENSI
a. Bulu
Bulu berguna sebagai bahan kuas (bristle), seperti pada kuas roti, kuas cat tembok dan kuas lukis. Biro Pusat Statistik pada tahun 2002 melaporkan bahwa pada periode Januari hingga Juni 2001, Indonesia mengimpor boar bristle dan pig/boar hair sejumlah 282,983 ton (senilai 1.713.309 US $).
b. Tulang
• Industri pariwisata: patung, ukiran, souvenir, dll.
• Industri makanan/minuman: arang tulang sebagai filter penyaring air mineral, karena pori- pori tulangnya bagus.
• Indutri obat: gelatin dari tulang sebagai bahan soft capsule.
• Industri pertukangan: bahan lem, dsb.
c. Nutrien babi
Beberapa organ dalam yang terpakai dan fungsinya:
- Transplantasi organ: ginjal, hati, jantung.
- Plasenta: kosmetika (facial, hand and body lotion), sabun, dsb.
- Enzim penc ernaan: amilasi, lipase, tripsin, pankreatin, pepsin, dll.
d. Organ dalam babi
1. Usus babi : diapakai sebagai selongsong sosis, benang jahit luka (dahulu cat gut/usus kucing).
2. Jantung dan ginjal babi : sering ditransplantasikan (xeno-transplantation) untuk menggantikan jantung dan ginjal manusia yang rusak.
3. Placenta (selaput pembungkus foetus/janin) : dipakai dikosmetika (facial, hand & body lotion), dll.
e. Kulit
Berguna dalam industri kulit (leather handicrafts) seperti tas,sepatu, dompet, dll.
f. Kotoran
Kotoran babi berguna sebagai pupuk tanaman. Di Jepang, kotoran itu digunakan sebagai pupuk tanaman apel, karena dapat menciptakan warna merah pada kulit apel yang bagus.

F. MANFAAT
a. Daging
Daging babi merupakan sumber protein hewani yang murah. Harganya jelas lebih murah dari daging sapi, dan mudah diperoleh di pasaran. Sifat dagingnya sendiri selain lunak, seratnya halus, rasanya lezat. Penggunaannya bisa sebagai campuran bakso, siomay, bakmi goreng, dan sebagainya
b. Lemak
Lemak dan beberapa produk variannya berperan untuk:
• Lemak dan gliserin: softdrink, bahan kosmetik (facial, hand and bodylotion), sabun, dll.
• Emulsifier: Lesitin, E471, dsb.
• Lard (lemak babi): pengempuk dan pelezat re-roti-an dan coklat.
• Minyak: penyedap masakan.
• Bahan starter vetsin


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermancung panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Babi adalah omnivora, yang berarti mereka mengkonsumsi baik daging maupun tumbuh-tumbuhan. Persebaran babi di mulai dari peternak babi kemudian dipasarkan ke pasar-pasar baru dikonsumsi oleh sebagian masyarakat terutama masyarakat Tionghoa. Babi juga mengalami proses interaksi dengan factor-faktor geografi, meliputi atmosfer, litosfer, biosfer, hidrosfer, dan antroposfer. Proses-proses yang terjadi pada ternak babi meliputi: siklus pubertas, siklus berahi, siklus kopulasi, kebuntingan, kelahiran, anak babi setelah lahir, dan pemotongan. Babi memiliki potensi yang sangat bermanfaat bagi manusia, di antaranya dari bulu, tulang, nutrient, organ dalam babi, kulit, dan kotoran babi. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan secara langsung oleh manusia adalah dari daging dan lemaknya yang bermanfaat bagi tubuh manusia.








DAFTAR PUSTAKA
- http://divine101.blogspot.com/2008/05/manfaat-babi.html
- blog.unpad.ac.id
- http://bhimashraf.blogspot.com/2009/04/oleh-bhima-wibawa-santoso-nim-a1c407003.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar